Desember 24, 2009

Revolusi Kimia dalam Peradaban Islam

By Republika Newsroom
Kamis, 19 Maret 2009 pukul 16:11:00

Ilmu kimia merupakan sumbangan penting yang telah diwariskan para kimiawan Muslim di abad keemasan bagi peradaban modern. Para ilmuwan dan sejarah Barat pun mengakui bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern diletakkan para kimiawan Muslim. Tak heran, bila dunia menabalkan kimiawan Muslim bernama Jabir Ibnu Hayyan sebagai 'Bapak Kimia Modern'.

"Para kimiawan Muslim adalah pendiri ilmu kimia," cetus Ilmuwan berkebangsaan Jerman di abad ke-18 M. Tanpa tedeng aling-aling, Will Durant dalam The Story of Civilization IV: The Age of Faith, juga mengakui bahwa para kimiawan Muslim di zaman kekhalifahanlah yang meletakkan fondasi ilmu kimia modern.

Menurut Durant, kimia merupakan ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh peradaban Islam. "Dalam bidang ini (kimia), peradaban Yunani (seperti kita ketahui) hanya sebatas melahirkan hipotesis yang samar-samar," ungkapnya. Sedangkan, peradaban Islam, papar dia, telah memperkenalkan observasi yang tepat, eksperimen yang terkontrol, serta catatan atau dokumen yang begitu teliti.

Tak hanya itu, sejarah mencatat bahwa peradaban Islam di era kejayaan telah melakukan revolusi dalam bidang kimia. Kimiawan Muslim telah mengubah teori-teori ilmu kimia menjadi sebuah industri yang penting bagi peradaban dunia. Dengan memanfaatkan ilmu kimia, Ilmuwan Islam di zaman kegemilangan telah berhasil menghasilkan sederet produk dan penemuan yang sangat dirasakan manfaatnya hingga kini.

Berkat revolusi sains yang digelorakan para kimiawan Muslim-lah, dunia mengenal berbagai industri serta zat dan senyawa kimia penting. Adalah fakta tak terbantahkan bahwa alkohol, nitrat, asam sulfur, nitrat silver, dan potasium--senyawa penting dalam kehidupan manusia modern--merupakan penemuan para kimiawan Muslim.

Revolusi ilmu kimia yang dilakukan para kimiawan Muslim di abad kejayaan juga telah melahirkan teknik-teknik sublimasi, kristalisasi, dan distilasi. Dengan menguasai teknik-teknik itulah, peradaban Islam akhirnya mampu membidani kelahiran sederet industri penting bagi umat manusia, seperti industri farmasi, tekstil, perminyakan, kesehatan, makanan dan minuman, perhiasan, hingga militer.

Pencapaian yang sangat fenomenal itu merupakan buah karya dan dedikasi para ilmuwan seperti Jabir Ibnu Hayyan, Al-Razi, Al-Majriti, Al-Biruni, Ibnu Sina, dan masih banyak yang lainnya. Setiap kimiawan Muslim itu telah memberi sumbangan yang berbeda-beda bagi pengembangan ilmu kimia.

Jabir (721 M-815 M), misalnya, telah memperkenalkan eksperimen atau percobaan kimia. Ia bekerja keras mengelaborasi kimia di sebuah laboratorium dengan serangkaian eksperimen. Salah satu ciri khas eksperimen yang dilakukannya bersifat kuantitatif. Ilmuwan Muslim berjuluk 'Bapak Kimia Modern' itu juga tercatat sebagai penemu sederet proses kimia, seperti penyulingan/distilasi, kristalisasi, kalnasi, dan sublimasi.

Sang ilmuwan yang dikenal di Barat dengan sebutan 'Geber' itu pun tercatat berhasil menciptakan instrumen pemotong, pelebur, dan pengkristal. Selain itu, dia pun mampu menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian.

Berkat jasanya pula, teori oksidasi-reduksi yang begitu terkenal dalam ilmu kimia terungkap. Senyawa atau zat penting seperti asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, dan asam asetat lahir dari hasil penelitian dan pemikiran Jabir. Ia pun sukses melakukan distilasi alkohol. Salah satu pencapaian penting lainnya dalam merevolusi kimia adalah mendirikan industri parfum.

Ilmuwan Muslim lainnya yang berjasa melakukan revolusi dalam ilmu kimia adalah Al-Razi (lahir 866 M). Dalam karyanya berjudul, Secret of Secret, Al-Razi mampu membuat klasifikasi zat alam yang sangat bermanfaat. Ia membagi zat yang ada di alam menjadi tiga, yakni zat keduniawian, tumbuhan, dan zat binatang. Soda serta oksida timah merupakan hasil kreasinya.

Al-Razi pun tercatat mampu membangun dan mengembangkan laboratorium kimia bernuansa modern. Ia menggunakan lebih dari 20 peralatan laboratorium pada saat itu. Dia juga menjelaskan eksperimen-eksperimen yang dilakukannya. "Al-Razi merupakan ilmuwan pelopor yang menciptakan laboratorium modern," ungkap Anawati dan Hill.

Bahkan, peralatan laboratorium yang digunakannya pada zaman itu masih tetap dipakai hingga sekarang. "Kontribusi yang diberikan Al-Razi dalam ilmu kimia sungguh luar biasa penting," cetus Erick John Holmyard (1990) dalam bukunya, Alchemy. Berkat Al-Razi pula industri farmakologi muncul di dunia.

Sosok kimiawan Muslim lainnya yang tak kalah populer adalah Al-Majriti (950 M-1007 M). Ilmuwan Muslim asal Madrid, Spanyol, ini berhasil menulis buku kimia bertajuk, Rutbat Al-Hakim. Dalam kitab itu, dia memaparkan rumus dan tata cara pemurnian logam mulia. Dia juga tercatat sebagai ilmuwan pertama yang membuktikan prinsip-prinsip kekekalan masa --yang delapan abad berikutnya dikembangkan kimiawan Barat bernama Lavoisier.

Sejarah peradaban Islam pun merekam kontribusi Al-Biruni (wafat 1051 M) dalam bidang kimia dan farmakologi. Dalam Kitab Al-Saydalah (Kitab Obat-obatan), dia menjelaskan secara detail pengetahuan tentang obat-obatan. Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya peran farmasi dan fungsinya. Begitulah, para kimiawan Muslim di era kekhalifahan berperan melakukan revolusi dalam ilmu kimia.

Industri Kimia Warisan Kejayaan IslamBagi peradaban Islam, kimia bukan hanya teori belaka. Melalui berbagai upaya, umat Islam di abad keemasan telah melahirkan sederet industri yang sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Berikut ini adalah industri berbasis kimia yang dilahirkan peradaban Islam.

Keramik dan gerabah
Sejak abad ke-8 M hingga 18 M, penggunaan keramik glazed begitu populer di ranah seni Islam. Teknologi penciptaan keramik itu dikembangkan para seniman Islam. Basrah, Irak, menjadi sentra pembuatan gelas tak tembus cahaya. Selain itu, Ar-Raqqah, Suriah, pada abad ke-8 M juga tercatat sebagai pusat produksi gelas dan gerabah.

Lem keju
Dalam bukunya bertajuk, Book of the Hidden Pearl, Jabir Ibnu Hayyan untuk pertama kali menjelaskan tentang resep pembuatan lem dari keju.


Minyak dan produk-produk turunannya

Sejak abad ke-8 M, jalanan di Kota Baghdad telah dilapisi dengan aspal. Si hitam yang membuat jalan mulus itu merupakan produk turunan dari minyak setelah melalui distilasi. Pada abad ke-9 M, ladang minyak di sekitar Baku, Azerbaijan, sudah mulai diekploitasi dan dibuat naftah atau minyak tanah.

Al-Razi tercatat sebagai kimiawan pertama yang mampu memproduksi minyak tanah melalui distilasi. Metode pembuatan minyak tanah itu diungkapkannya dalam Kitab Al-Asrar (Buku Rahasia). Kimiawan Muslim tercatat sebagai yang pertama memproduksi bensin dari minyak mentah melalui distilasi.

Minyak mawar
Pertama kali diproduksi oleh kimiawan Muslim melalui distilasi bunga mawar. Minyak mawar digunakan untuk minuman dan industri parfum.

Industri minuma
n
Kopi. Minuman kopi pertama kali berkembang di dunia Islam. Kali pertama, minuman kopi ditemukan masyarakat Muslim di Yaman pada abad ke-10 M. Di Yaman, kopi diracik sebagai minuman bernama Al-Qahwa. Konon, minuman itu dibuat oleh kelompok sufi agar mereka dapat tetap beribadah serta berzikir sepanjang malam. Kopi menyebar ke seluruh negeri Muslim melalui para pelancong, jamaah haji, dan para pedagang.

Minuman kopi mulai dikenal masyarakat Makkah dan Turki di akhir abad ke-15 M. Sedangkan, masyarakat Mesir baru bisa mencicipi kopi pada abad ke-16 M. Masyarakat Eropa baru mengenal nikmatnya kopi pada abad ke-17 M. Kopi masuk ke Eropa melalui Italia. Hubungan perdagangan antara Venisia dengan Afrika Utara, khususnya Mesir, menjadi pintu masuknya kopi ke Eropa.

- Penyulingan dan pemurnian air
Para kimiawan Muslim merupakan yang pertama kali memproduksi air suling dan air murni. Ini dilakukan untuk mengatasi perjalanan panjang melalui gurun yang tak jelas sumber airnya.

- Minuman ringan
Sherbet tercatat sebagai minuman ringan berkarbon pertama di dunia. Kimiawan Muslim di era kejayaan juga banyak yang menciptakan resep minuman sirup yang dapat bertahan di luar lemari es selama satu pekan hingga satu bulan.


Batu Mulia dan Mutiara

Dalam Kitab Al-Durra al-Maknuna Jabir sudah mampu menjelaskan resep pembuatan mutiara buatan dan pemurnian mutiara.


Gelas Silika

Industri gelas silika ditemukan Abbas Ibnu Firnas (810 M-887 M). Dia yang pertama mencipatakan gelas dari pasir dan batu.


Kosmetik
Pengembangan produk kosmetik di dunia Islam begitu gencar dilakukan seorang dokter dan ahli bedah Muslim di Andalusia, Al-Zahrawi (936 M-1013 M), pada abad ke-10 M. Dalam ensiklopedia kesehatan yang berjudul, Al-Tasreef, Albucassis begitu Barat menjuluki Al-Zahrawi, telah mengupas secara khusus tentang kosmetik. Bagi Al-Zahrawi, kosmetik merupakan bagian dari pengobatan. Kitab Al-Tasreef ini begitu besar pengaruhnya di Eropa.

Sabun
Sabun yang berasal dari minyak tumbuhan (olive oil), minyak aroma kali pertama diproduksi oleh kimiawan Muslim.


Parfum

Adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa kebudayaan Islam telah memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan industri parfum di dunia Barat. Dunia Islam berkontribusi besar dalam memperkenalkan proses ekstrasi wewangian melalui teknologi distilasi uap yang telah dikembangkan para ilmuwan Islam sejak abad ke-8 M. Industri parfum modern di dunia Barat pun banyak mengadopsi bahan ramuan parfum yang telah dikembangkan para ahli kimia Muslim.

Mesiu
Fakta sejarah menyebutkan bahwa ahli kimia Muslim bernama Khalid bin Yazid (wafat tahun 709 M) sudah mengenal potassium nitrat (KNO3)--bahan utama pembuat mesiu--pada abad ke-7 M. Dua abad lebih cepat dari Cina. Menurut Prof Ahmad Y Al-Hassan dalam bukunya bertajuk, Islamic Technology an Ilustrated History (1986), potasium nitrat dikenal di dunia teknologi Islam dengan beragam nama. Senyawa kimia itu pada awalnya digunakan dalam proses metalurgi serta digunakan untuk membuat asam nitrat dan aqua regia.

''Rumus dan resepnya dapat ditemukan dalam karya-karya Jabir Ibnu Hayyan (wafat tahun 815 M), Abu Bakar Al-Razi (wafat tahun 932 M), dan ahli kimia Muslim lainnya,'' papar Prof Al-Hassan. Dari abad ke abad, istilah potasium nitrat di dunia Islam selalu tampil dengan beragam nama, seperti natrun, buraq, milh al-ha'it, shabb Yamani, serta nama lainnya.

Penulis : hri
REPUBLIKA - Kamis, 30 Oktober 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kesan dan pesan sangat berarti

Translate